ASESMEN TIK
Assalamualaikum
Wr. Wb. Halo semuanya!
Nama saya Alwan Abqory Winesa, dan saya
seorang murid di MTS 4 Jakarta. Saya sangat bangga menjadi bagian dari sekolah
ini dan terus belajar untuk meraih impian masa depan saya. Sebagai murid
Indonesia yang cinta akan warisan budaya, saya selalu bersyukur bisa tumbuh dan
belajar dalam keberagaman adat-istiadat negara kita yang indah.
Salah satu cara saya mengekspresikan cinta saya terhadap Indonesia adalah melalui pemahaman dan apresiasi terhadap pakaian adat dari berbagai daerah. Pertama, yang ingin saya bahas adalah : 1) Pakaian Adat Minang yaitu Bundo Kanduang dari Sumatera Barat, Pakaian Adat Minangkabau memiliki keunikan dalam bentuk dan hiasannya; 2) Pakaian Adat Bangka Belitung yaitu Paksian. Bangka Belitung dikenal dengan keindahan pantainya, daerah ini juga memiliki pakaian adat yang menarik. Terakhir, kita akan menjelajahi 3) Pakaian Adat Riau yaitu, Kebaya Labuh, pakaian adat Riau dengan tidak ada kancingnya sama sekali.
Semoga cerita singkat ini memberikan gambaran tentang kecintaan saya terhadap adat Indonesia, dan semoga kita semua dapat terus melestarikan dan menghargai keberagaman budaya yang kita miliki. Terima kasih!
Indonesia mempunyai keberagaman budaya
yang sangat unik mulai dari aspek tradisi, pakaian adat hingga karya seni.
Keberagaman ini tercermin dalam keberagaman suku yang mendiami Indonesia,
masing-masing dengan kekhasan budayanya sendiri. Pakaian adat tradisional
Indonesia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari warisan budaya negara ini
dan telah mendapat pengakuan dari berbagai negara di dunia.
Menurut Inaya et al., (2021) pakaian adat merupakan pakaian tradisional yang masih ada saat ini dan melambangkan kebudayaan atau ciri khas masyarakat setempat. Pakaian adat merupakan simbol kebudayaan suatu daerah (Yunanto et al., 2015). Menurut Wikipedia, Busana tradisional (juga pakaian adat, busana daerah, atau pakaian tradisional) adalah busana yang mengekspresikan identitas, yang biasanya dikaitkan dengan wilayah geografis atau periode waktu dalam sejarah. Pakaian adat juga dapat menunjukkan status sosial, perkawinan, atau agama (https://id.wikipedia.org/wiki/Busana_tradisional).
Fungsi
pakaian adat utamanya adalah untuk mengenalkan identitas budaya yang sedang
ditampilkan. Pakaian adat seringkali menjadi simbol budaya, karakter penduduk
daerah, keyakinan penduduk daerah, dan histori.
Pakaian adat merupakan kostum/busana yang biasanya dipakai pada saat-saat tertentu. Di Indonesia sendiri, pakaian adat biasanya akan dikenakan pada acara-acara seperti, perayaan Kemerdekaan Negara Indonesia, perayaan hari jadi sebuah sekolah/instansi, acara pernikahan, upacara adat, dan masih banyak lagi. Dalam upaya pembinaan kebudayaan, secara implisit terkandung pengertian tentang pelestarian, khususnya menyangkut nilai-nilai luhur budaya bangsa. Makin menarik aja nih. pembahasan kita, langsung kita bahas saja ya, pakaian adat khas Indonesia.
1. Bundo Kanduang (Sumatera Barat)
Kenapa sih dinamakan “Bundo Kanduang”, Bundo Kanduang atau dapat diterjemahkan secara kasar ke dalam bahasa Indonesia sebagai Bunda Kandung, adalah personifikasi etnis Minangkabau sekaligus julukan yang diberikan kepada perempuan sulung atau yang dituakan dalam suatu suku. Perempuan Minangkabau yang disebut sebagai Bundo Kanduang memiliki peranan yang teramat sentral dalam masyarakat Minang. Dia adalah penjaga Rumah Gadang. Perempuan di Minangkabau bertanggung jawab atas rumah gadang, harta pusako tinggi, dan juga lambang bagi kaumnya. Bundo kanduang merupakan pakaian adat Minangkabau yang dikenakan oleh wanita yang telah menikah.
Orang Minang memberikan penghargaan yang tinggi kepada
wanita. Tingginya rasa hormat tersebut tidak hanya diucapkan dalam bentuk kata,
namun juga diaplikasikan dalam bentuk budaya, salah satunya melalui pakaian
adat. Pakaian adat untuk wanita juga bisa disebut dengan pakaian adat Bundo
Kanduang.
Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang adalah pakaian adat dari Minangkabau, Sumatera Barat. Istilah ‘limpapeh’ memiliki arti tiang tengah pada bangunan rumah adat di Sumatera Barat. Sesuai artinya, peran limpapeh sangat penting agar bangunan rumah gadang dapat kokoh, apabila limpapeh roboh maka rumah gadang juga akan roboh. Itu artinya peran ibu dalam sebuah keluarga sangatlah penting karena beliau berperan dalam mengurus rumah tangga. Apabila ibu tidak pandai dalam mengurus rumah tangganya maka keluarga juga tidak bisa bertahan lama (http://www.jambipos-online.com/2023/06/filosofi-baju-bundo-kanduang.html). Menurut laman Binus Activity, pakaian ini sangat signifikan terhadap simbol pentingnya seorang ibu dalam sebuah keluarga. Bundo Kanduang menggambarkan kepemimpinan dan kebijaksanaan para tetua perempuan. Baju tradisional Bundo Kanduang digunakan oleh para wanita yang telah menikah untuk upacara tradisional, keagamaan, perayaan ataupun kegiatan-kegiatan penting lainnya. Makna lain dari pakaian ini adalah menggambarkan pentingnya peran wanita dalam kehidupan rumah tangga. Wanita yang dimaksud di sini adalah wanita yang sudah menikah dan berkeluarga.
Pakaian adat ini digunakan oleh wanita Sumatera Barat dan memiliki banyak macam karena banyaknya adat yang terdapat di Sumatera Barat. Pakaian adat ini berfungsi untuk menunjukkan kebesaran dan peran penting wanita. Ciri khas pakaian adat Sumatera Barat adalah tampak mewah, kain tenun, dan melibatkan emas. Sementara untuk wanita seringkali menggunakan penutup kepala yang menyerupai atap Rumah Gadang. Siapa saja yang melihat pasti sudah bisa menebak dengan mudah dari daerah mana setelah pakaian adat ini. Pakaian ini terdiri dari tingkolok (penutup kepala), baju kurung, kain selempang, kain sarung serta perhiasan berupa kalung dan anting. Bundo Kanduang memiliki ciri khas penutup kepala yang berbentuk runcing dan bercabang menyerupai tanduk kerbau (https://www.gramedia.com/literasi/pakaian-adat-sumatera-barat).
Sumber : https://student-activity.binus.ac.id/himdkv/2021/10/mengenal-busana-adat-khas-padang
2. Paksian (Bangka Belitung)
Pakaian adat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disebut dengan nama Paksian. Paksian merupakan busana pengantin yang khas dari Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung.
Menurut Satriawan (2022), nama Paksian
berasal dari Bahasa Tionghoa yang berarti penutup dahi, sebetulnya paksian
adalah mahkota kepala yang dikenakan lengkap beserta baju kurung merah itu
(https://bangka.tribunnews.com/2022/08/16/mengenal-paksian-baju-adat-bangka-belitung-yang-dikenakan-presiden-jokowi-saat-pidato-kenegaraan).
Dikutip dari buku Storypedia: Nusantara (2013), pakaian adat perempuan di Bangka Belitung di bagian bawah menggunakan kain cual yait kain tenun asli Bangka yang berasal dari Mentok dan menggunakan hiasan atau mahkota kepala yang disebut Paksian. Pengantin perempuan biasanya memakai baju kurung yang berwarna merah dengan bahan kain. Menurut Kemdikbud (2016), pakaian untuk mempelai wanita adalah baju kurung merah yang biasanya terbuat dari bahan sutra atau beludru yang pada masa awal disebut baju Seting dan kain yang dipakai adalah kain besusur, kain lasem, atau disebut juga dengan nama kain cual (https://warisan budaya. kemdikbud.go.id/? newdetail&detailTetap=321).
Mempelai
laki-laki menggunakan sorban atau yang masyarakat Bangka Belitung sebut
sungkon. Pakaian ini disebut memiliki pengaruh
dari Cina dan Arab. Baju pengantin perempuan menurut keterangan orang tua
berasal dari negeri Cina, konon menurut cerita, ada saudagar dari Arab datang
ke negeri Cina untuk berdagang sambil menyiarkan agama Islam dan jatuh cinta dengan
seorang gadis Cina kemudian melangsungkan pernikahan dengan gadis Cina
tersebut. Pada pernikahan inilah mereka memakai pakaian adat masing-masing.
Selanjutnya karena banyaknya orang-orang Cina dan Arab yang datang merantau ke
Pulau Bangka terutama ke pangkal-pangkal di Pulau Bangka yang merupakan pusat
segala aktifitas masyarakat waktu itu, diantaranya ada yang melakukan
pernikahan maka banyaklah penduduk Pulau Bangka yang meniru
pakaian adat tersebut.
Menurut Elvian & Karnawati (2015), pakaian yang digunakan
dalam perkawinan adat
Belitung ini merupakan
paduan dari kebudayaan Arab
serta Tionghoa. Pada akulturasi kebudayaan
ini, pakaian adat dinamakan Baju Seting
dan Cual. Baju
Seting adalah pakaian
yang digunakan oleh
perempuan seperti modelnya adalah baju kurung warna merah serta
dibuat dari kain beludru ataupun sutra. Baju Seting ini dipadu dengan
bawahannya menggunakan kain cual.
Sekilas motif pada kain cual ini mirip dengan kain songket dari Palembang. Dengan adanya perbedaan antara kain cual dengan kain songket Palembang yaitu terdapat pada motif bunga. Cengkeh dan cempaka. Kemudian pakaian tersebut tidak melupakan berbagai hiasan aksesoris seperti adanya mahkota emas, penutup dada berbentuk bunga teratai, kalung anting yang panjang, hiasan di telinga, gelang pending untuk ikat pinggang. Kemudian pada pakaian laki-laki menggunakan jubah Arab yang berwarna merah dengan paduan selempang di bahu kanan. Untuk bagian bawah menggunakan celana yang warnanya bisa dipadukan dengan bagian atasannya. Kemudian dilengkapi dengan aksesoris yang sama seperti pengantin perempuan, dan ditambah dengan selop untuk alas kaki (Dinas Pariwisata Kota Pangkalpinang, 2019).
Gambar 2. Busana adat Paksian
Sumber
: https://wonderful.pangkalpinangkota.go.id/bajuadatbangkabelitung/
3. Kebaya Labuh (Riau)
Kebudayaan lokal yang ada di Riau salah satunya adalah baju Kurung Labuh. Baju kurung yang identik digunakan dikalangan wanita Melayu ini memiliki bentuk panjang melewati lutut, baju kurung ini hanya digunakan pada acara-acara resmi seperti pernikanahan juga digunakan sebagai pakaian harian. Jenis pakaian baju kurung labuh merupakan salah satu jenis busana kurung yang banyak dipakai oleh masyarakat suku Melayu seperti halnya di Riau ini. Ciri khas baju kurung adalah rancangan yang longgar pada lubang lengan, perut, dan dada (Prayoga et al., 2022).
Desain kebaya labuh dirancang dengan bentuk yang
loose atau dengan kata lain baju kurung yang longgar, sedikit banyak sebagai
perwujudan budaya khas Melayu yang memang kental dan dekat di Riau. Menurut
Andalastourism (2021) jika biasanya baju kurung disematkan kancing di bagian
tengahnya tetapi kebaya labuh ini tidak ada kancingnya sama sekali. Untuk
kebaya labuh, bahkan tidak ada bagian kerah yang kaku bisa dilipat dan
dirancang dengan panjang lebih dari lutut orang dewasa. Ditambah pemakaian
tudung, dikalungkan ke leher untuk menutupi rambut dan bagian dada.
Gambar 3. Busana adat Kebaya Labuh
Pada saat dikenakan, bagian paling bawah baju kurung berada pada
posisi sejajar dengan pangkal paha. Namun ada juga yang berbeda, yaitu untuk
kasus yang jarang ada pula yang memanjang hingga sejajar dengan lutut.Baju
kurung tidak pula berkerah, tiap ujungnya direnda. Beberapa bagiannya sering
dihiasi sulaman berwarna keemasan. Pakaian ini konon menjadi jenis baju kurung
tertua yang masih ada hingga saat ini. Bentuk baju yang mengurung serta labuh
sekilas hampir sama seperti kebanyakan Baju Kurung. Akan tetapi bagian bawah
baju kurung labuh ini dibuat menjuntai sampai menutupi bagian lutut
penggunanya. Sama halnya dengan baju kurung labuh pada umumnya, bagian depan
baju kurung labuh yang berbutang atau berkancing 1 dengan jahitan kerah Tulang
Belut membuat baju kurung labuh ini nampak seperti sedang mengurung wanita atau
peremuan Melayu yang memakainya (Prayoga et al., 2022).
Sekian cerita singkat mengenai 3 Pakaian Adat Tradisional, yang terdiri diri Baju Adat Bundo Kanduang (Sumatera Barat), Paksian (Bangka Belitung), Kebaya Labuh (Riau). Semoga cerita singkat ini dapat memperkaya wawasan anda tentang Pakaian Adat Tradisional Indonesia. Terima Kasih, Wassalamualaikum Wr. Wb.
Daftar
Pustaka
Dinas
Pariwisata Kota Pangkalpinang. (2019).
Pakaian Adat Bangka
Belitung. Retrieved July
4, 2021, from Wonderful Pangkal Pinang website: https://wonderful.pangkalpinang kota.go.id/bajuadatbangkabelitung.
Elvian, A.,
& Karnawati, T. 2015. Pakaian Adat
Dan Pakaian Adat
Pengantin Paksian Serta Upacara Adat
Perkawinan Kota Pangkalpinang. Pangkalpinang: Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kota Pangkalpinang.
Inaya, M., Katarina, D., Julaeha, S.
2021. Perancangan Aplikasi Edukasi Pakaian Adat Tradisional Indonesia Berbasis
Android. Journal of Information
System, Applied, Management, Accounting and Research. Vol. 5, No.1: 227-235.
Prayoga, A. Bunari, Yuliantoro. 2022.
Nilai dan Makna Sejarah Baju Kurung Labuh Sebagai Baju Adat Khas Riau. Jurnal
Pendidikan Tambusai. Vol. 6. No. 1: 2881-2887.
Yunanto,
A. T., Fianto, A. Y. A., Hidayat, W. 2015. Penciptaan Buku Ilustrasi Pakaian
Adat Bregada Hadiningrat Kraton Yogyakarta Sebagai Upaya Pengenalan Pakaian
Tradisional Kepada Anak-Anak. Jurnal Desain Komunikasi Visual. Vol. 4. No. 1:
1-12.
https://id.wikipedia.org/wiki/Busana_tradisional.
Diakses pada tanggal 3 Desember 2023.
http://www.jambipos-online.com/2023/06/filosofi-baju-bundo-kanduang.html. Diakses
pada tanggal 3 Desember 2023.
https://www.gramedia.com/literasi/pakaian-adat-sumatera-barat.
Diakses pada tanggal 3 Desember 2023.
https://student-activity.binus.ac.id/himdkv/2021/10/mengenal-busana-adat-khas-padang-bundo-kandungan/. Diakses
pada tanggal 3 Desember 2023.
https://warisan budaya. kemdikbud.go.id/?
newdetail&detailTetap=321. Diakses pada tanggal 3 Desember 2023.
https://bangka.tribunnews.com/2022/08/16/mengenal-paksian-baju-adat-bangka-belitung-yang-dikenakan-presiden-jokowi-saat-pidato-kenegaraan.
Diakses
pada tanggal 3 Desember 2023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar